Postingan

Menampilkan postingan dengan label pariwisata

Jalan-jalan Cantik, Tapi Bikin Hati Nggak Cantik

Gambar
Ini jalan-jalan cantik kami beberapa hari lalu. Katanya sih, kalau foto begini (foto selfie berlatar rumput), di renon juga bisa. Maunya sih pamer, kalau kami berhasil mengendap-endap ke dalam proyek lapangan golf yang ada di Kuta Selatan. Kami orang melarat, sekali-kali nginjek rumput mahal, boleh lah ya.. Sebelum rumput itu diinjekin orang-orang konglomerat. Ya.. sebenernya kalo fotoan di sekitarnya juga nggak kalah bagus sih. Banyak pohon yang tinggal rantingnya aja, yang bersisa cuma daun-daun kering. Mendekati ala2 afrika gitu. Mungkin pemandangan yang saling bertolak belakang.. Di satu sisi, pohon kering, gersang, panas.. Tapi di tempat yang sama juga tumbuh rumput-rumputan hijau subur layaknya bukit telletubies. Entah dimanalah mereka beli, minjam, nyolong, atau eksploitasi (bahasa keren) air untuk siramin berhektar-hektar rumput di sana. Orang-orang pintar itu lebih memilih menyirami rumput mahal untuk mainannya orang konglomerat, dibanding mengairi lahan ...

Arsitektur Bali, Upaya Warga Mencipta Ruang Kota yang Nyaman

            Wajah Bali kini berbeda dengan wajah Bali dulu. Ruang Bali dulu, tak sesempit kini. Begitu sesak dengan tumpukan rumah ataupun deretan bangunan tanpa celah. Akhirnya, kawasan yang ramah lingkungan dan hemat energi pun memudar kian waktu. Dampaknya pun tak segan-segan berujung pada perubahan iklim.             P erubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi kita di seluruh dunia. Pulau-pulau kecil seperti Bali akan merasakan dampak terburuknya karena naiknya permukaan air laut. Tak hanya itu. Akibat perubahan iklim, hujan menjadi tak menentu. Ditambah tata ruang  Denpasar yang tak ramah lingkungan, akibat e mpat tahun belakangan ini Denpasar menjadi langganan banjir. Adakah usaha kita untuk menjaga Gumi Bali?             Menjaga gumi Bali dapat memulai dari rumah tangga. Setidaknya mulai dari bangunan atau arsitektur rumah. ...

Ketika Tanah Warisan Diperjualbelikan Kepada Orang Luar

“Ojek… Ojek…” Beberapa tukang ojek mendekati, berteriak menawarkan jasa ketika orang-orang turun dari sebuah jukung dan mendaratkan kaki di Pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida.             Matahari menyumbangkan panasnya kepada pulau  terpencil tersebut. Pantas saja, penduduk di Pulau Nusa Penida mayoritas berkulit gelap karena ulah sang matahari. Memang, sebagian besar orang luar menganggap Nusa Penida sebagai sebuah tempat yang kering dan tandus. Sekian menit menyusuri jalanan di Pulau Nusa Penida yang begitu terjal serta tanah yang berkapur, terlihat di pinggir jalan berdiri rumah-rumah gubug. Gubug tersebut tak lain adalah sebuah tempat yang dipakai untuk menyimpan hasil panen rumput laut. Terlihat juga jemuran-jemuran rumput laut membentang yang diwadahi dengan terpal di depan gubug. Ya. Saat ini, masyarakat Nusa Penida bermata pencaharian rumput laut. Perlu diketahui bahwa, masyarakat ...

“Ah, To Runguang”

Gambar
            Tempat yang indah pemandangan alamnya, unik tradisinya, dan tentunya mengasyikkan kalau dikunjungi. Begitulah tempat yang di cari-cari wisatawan.             Pulau Bali, merupakan satu diantara tempat yang diprimadonai oleh wisatawan. Berbagai julukan yang mengistimewakan diberikan untuk Pulau Bali tentunya. Bermacam-macam tradisi Bali dan keindahan alamnya menyihir orang luar sehingga membuat orang-orang tersebut berdecak kagum.             Namun, apakah mereka tahu dibalik keindahan alam dan tradisinya, Bali mempunyai sisi negatif. Masyarakat Bali telah menodai keistimewaan tempatnya sendiri. Ya. Tajen, merupakan tradisi turun-temurun dari zaman nenek moyang. Tradisi yang telah mendarah daging dan sulit untuk dimusnahkan. Tradisi tajen ini terkait dengan adat dan budaya. T...

Ketika Kepak Sayap Burung Pipit Menghilang

Gambar
“Klontang, klontang, klontang… Brrsssshhhh…” Bunyi kaleng bekas secara otomatis mengagetkan burung-burung yang ketika itu sedang asyik memakan bulir-bulir padi. Dan seketika itu pula burung-burung mengepakkan sayapnya dengan kompak.         Kaleng tersebut di ikat berjejer dengan tali. Setelah itu, di dalam kaleng tersebut diikat paku dan ujung dari ikatan tersebut diletakan dipinggir sawah atau di pinggir jalan. Jika di gerakan kaleng akan mengeluarkan suara “Klontang, klontang”. Sang petani begitu sabar menjaga lahannya. Sadar karena lahan tersebut merupakan sumber hidupnya dan keluarganya.        Ada juga di atas pematang sawah yang panjang, di sisi sepetak padi tersebut, anak-anak dengan semangatnya memainkan sebuah tali nylon yang diujungnya diikatkan dengan sebuah layang-layang. Angin semilir membuat layang-layang terbang dengan elok di atas hamparan padi yang tak lama lagi siap p...