Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

Ketika Tanah Warisan Diperjualbelikan Kepada Orang Luar

“Ojek… Ojek…” Beberapa tukang ojek mendekati, berteriak menawarkan jasa ketika orang-orang turun dari sebuah jukung dan mendaratkan kaki di Pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida.             Matahari menyumbangkan panasnya kepada pulau  terpencil tersebut. Pantas saja, penduduk di Pulau Nusa Penida mayoritas berkulit gelap karena ulah sang matahari. Memang, sebagian besar orang luar menganggap Nusa Penida sebagai sebuah tempat yang kering dan tandus. Sekian menit menyusuri jalanan di Pulau Nusa Penida yang begitu terjal serta tanah yang berkapur, terlihat di pinggir jalan berdiri rumah-rumah gubug. Gubug tersebut tak lain adalah sebuah tempat yang dipakai untuk menyimpan hasil panen rumput laut. Terlihat juga jemuran-jemuran rumput laut membentang yang diwadahi dengan terpal di depan gubug. Ya. Saat ini, masyarakat Nusa Penida bermata pencaharian rumput laut. Perlu diketahui bahwa, masyarakat Nusa Penida pada tahun 80’an, dominan berkutat di sektor pe

Lingkar Setan di Atas Sang Dokter

Gambar
Judul buku    : Positif Penulis          : Maria Silvi Penerbit        : Jogja Bangkit Publisher Tahun terbit   : Cetakan pertama, 2010 Tebal            : 236 halaman             Stigma pada ODHA, terutama stigma sebagai pendosa dan tidak bermoral. Stigma itu digoreskan pada orang-orang yang dipandang tercela atau secara sosial “terkontaminasi”. Bahkan, dalam hal mendapatkan hak layanan kesehatan, mereka sering diperlakukan tidak adil. Kekurangpahaman pengetahuanlah yang membuat lingkaran setan selalu hinggap di atas kepala si pendeskriminasi.             Dalam novel berjudul “Positif” yang dikarang oleh Maria Silvi, mendobrak paradigma tersebut. Novel yang menceritakan  bahwa seorang dokter muda yang miskin pengetahuan akan sebuah penyakit HIV/AIDS, menjadikannya anti terhadap pasiennya yang berjulukan ODHA. Namun deskriminasi tersebut akhirnya tersadarkan ketika profesionalitas dan sumpah Hiprocrates—sumpah