Lingkar Setan di Atas Sang Dokter


Judul buku    : Positif
Penulis          : Maria Silvi
Penerbit        : Jogja Bangkit Publisher
Tahun terbit   : Cetakan pertama, 2010
Tebal            : 236 halaman

            Stigma pada ODHA, terutama stigma sebagai pendosa dan tidak bermoral. Stigma itu digoreskan pada orang-orang yang dipandang tercela atau secara sosial “terkontaminasi”. Bahkan, dalam hal mendapatkan hak layanan kesehatan, mereka sering diperlakukan tidak adil. Kekurangpahaman pengetahuanlah yang membuat lingkaran setan selalu hinggap di atas kepala si pendeskriminasi.
            Dalam novel berjudul “Positif” yang dikarang oleh Maria Silvi, mendobrak paradigma tersebut. Novel yang menceritakan  bahwa seorang dokter muda yang miskin pengetahuan akan sebuah penyakit HIV/AIDS, menjadikannya anti terhadap pasiennya yang berjulukan ODHA. Namun deskriminasi tersebut akhirnya tersadarkan ketika profesionalitas dan sumpah Hiprocrates—sumpah dokter diuji kepadanya. Apalagi dulunya ia si dokter pendeskriminasi, namun akhirnya ia menjadi istri seorang ODHA.
            Dalam meramu pengetahuan tentang AIDS ini sangat mudah dicerna karena berbentuk sebuah roman. Lain halnya dengan buku pengetahuan yang menjelaskan bertubi-tubi tentang HIV/AIDS sehingga membuat masyarakat jenuh dan sukar memahami. Racikan kata dan kalimatnya pun dikemas begitu rapi dalam alunan gaya bertutur yang lugas, cerdas, berisi, serta menyentuh. Apalagi berisikan istilah-istilah kedokteran namun disertai juga dengan footnote yang mudah dimengerti, sehingga mampu menambah wawasan si pembaca. Novel ini menggunakan kertas HVS 60 gr pada halaman isi dan pada cover menggunakan kertas yang kedap air.
            Namun, tak ada gading yang tak retak dalam buku yang berukuran 130 mm x 200 mm ini. Dengan cover yang menampilkan gambar pita merah peduli HIV/AIDS, serta bakground berwarna hitam polos, seakan-akan novel ini adalah sebuah buku panduan mengenai HIV/AIDS. Sama sekali tidak berkesan seperti novel. Selain itu, disaat pembaca masih berada di tengah-tengah alur cerita, serasa gampang untuk meramal endingnya seperti apa. Sehingga novel ini masih berkesan kurang misterius. Meskipun demikian, novel ini memberikan banyak pelajaran hidup dan pengalaman berharga yang bisa pembaca petik dari beberapa dialog pedas yang ditulis, seperti :
“Mungkin kamu memang orang yang lurus, sering berdoa, nggak “jajan”, masih perawan, tapi kerjaanmu itu dokter, bukan Santo Petrusi. Kerjaamu itu mengobati orang, bukan memutuskannya berdosa atau nggak!”.
            Kutipan seakan tertinggal begitu mendalam di hati. Benar-benar novel yang membantu kita dalam menyikapi HIV/AIDS dan ODHA. (alt)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cari SKP, kok Cap Cip Cup ?

Soneta XVII-Pablo Neruda [6]

Pasar Mini Sehat Ala Sunday Community Market