“Ah, To Runguang”

            Tempat yang indah pemandangan alamnya, unik tradisinya, dan tentunya mengasyikkan kalau dikunjungi. Begitulah tempat yang di cari-cari wisatawan.
            Pulau Bali, merupakan satu diantara tempat yang diprimadonai oleh wisatawan. Berbagai julukan yang mengistimewakan diberikan untuk Pulau Bali tentunya. Bermacam-macam tradisi Bali dan keindahan alamnya menyihir orang luar sehingga membuat orang-orang tersebut berdecak kagum.
            Namun, apakah mereka tahu dibalik keindahan alam dan tradisinya, Bali mempunyai sisi negatif. Masyarakat Bali telah menodai keistimewaan tempatnya sendiri. Ya. Tajen, merupakan tradisi turun-temurun dari zaman nenek moyang. Tradisi yang telah mendarah daging dan sulit untuk dimusnahkan. Tradisi tajen ini terkait dengan adat dan budaya. Tak heran, bagi masyarakat Bali dibenarkan dan tidak dilarang. Mengapa? Karena tajen adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan judi.
            Masyarakat Hindu tidak mengetahui makna dan ide yang terkandung di dalamnya, walaupun masyarakat Hindu diajarkan agama. Sehingga, dengan pengetahuan yang “awam”, cenderung mengiring mereka menuju faham fanitisme dan penafsiran yang keliru tentang ajaran Agama Hindu.
            Dalam jangka waktu yang lama, pengertian-pengertian yang salah itu sangat sulit untuk dirubah. Kita pasti tidak mengiginkan masalah ini terus berlanjut. Kita harus mulai berbenah diri. Tentunya dimulai dari kita sendiri. Dan sangat diperlukan juga, peran serta dari pemuka Agama itu.
            Nantinya, diharapkan masyarakat Bali bisa sadar tentang apa yang dinamakan dengan tradisi “tajen”. Walaupun Bali kini tradisi tajen telah ditiadakan dan dilarang oleh peraturan perundang-undangan, tapi masih saja masyarakat Bali tidak menghiraukan hal tersebut. “Ah, to runguang”. Begitulah persepsi beberapa masyarakat Bali terhadap tradisi yang kini telah tidak dibenarkan tersebut.
            Apakah masyarakat Bali masih memegang teguh tradisi terlarang tersebut? Yang jelas-jelas memberikan sisi negatif. Duh! (alt)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cari SKP, kok Cap Cip Cup ?

Soneta XVII-Pablo Neruda [6]

Pasar Mini Sehat Ala Sunday Community Market